Distorsi Lensa
Hasil foto objek tegak lurus yang melengkung ke luar/cembung (barrel distortion) atau melengkung ke dalam/cekung (pincushion distortion) akibat pengaruh distorsi lensa, yaitu ketidakakuratan lensa menangkap objek garis lurus menjadi melengkung. Distorsi lensa dapat membuat foto menjadi lebih menarik tetapi dapat juga menjadi jelek. Jika distorsi ini terjadi pada objek foto bersama yang dalam satu bingkai terdiri dari banyak orang, maka orang yang di bagian tepi kiri dan kanan, tubuhnya menjadi tidak proporsional.
Salah satu manfaat distorsi lensa adalah dapat digunakan untuk motret seorang yang gemuk tetapi ingin hasil fotonya nampak kurus. Caranya memanfaatkan panjang fokal (focal length) lensa, sudut pengambilan gambar (picture angle), dan perspektif yaitu jarak antara objek, latar gambar dan kamera. Meskipun besarnya objek foto dalam bingkai sama besar, jarak antara objek dan latar sama tetapi jika dipotret dari jarak yang berbeda dengan panjang fokal yang berbeda akan menghasilkan perspektif yang berbeda. Kemampuan fotografer dalam memandang objek sehingga mempunyai perspektif luar biasa inilah yang membuat foto menjadi luar biasa.
Dulu, saya mengira dengan memakai lensa tele sapu jagat 18-200mm akan dapat menghasilkan foto yang luar biasa, praktis dibawa, tanpa susah payah, tidak perlu mendekat/menjauh dari objek, tetapi cukup dengan perbesaran (zooming) lensa agar objek tampak dekat. Bahkan dahulu, dalam hati terbersit, “Kenapa sih fotografer itu lebay banget, kenapa tidak pakai lensa tele, kenapa bongkar pasang lensa berulang kali, kenapa terlalu dekat objek”. Namun dengan berjalannya waktu kemudian tahu, bahwa memotret dengan memanfaatkan fasilitas zoom lensa semata karena malas mendekat objek akan menghasilkan foto yang buruk akibat distorsi lensa dan perspektif yang kurang tepat.