Saya menerima SMS dari ANZ pada tanggal 23 Nopember 2012. Saya galau, sangat curiga dengan pengirim pesan, mencurigai sebagai penipuan yang akan menggerogoti uang yang saya peroleh dari kerja banting tulang, siang malam.
Wahh hebat banget Bank ANZ, saya tidak pernah mengajukan permohonan kartu kredit tapi menyetujui dan memberitahukan via SMS. Jika pesan ini saya terima sepuluh tahun lalu akan sangat berbahagia karena ditolak oleh bank ketika mengajukan kartu kredit. Sebenarnya sih hanya untuk gaya-gaya-an, kok nampaknya keren, percaya diri punya kartu kredit. Tapi sialnya tidak disetujui oleh Bank. Setelah diberitahu oleh teman sesama pegawai, katanya saya polos banget mengisi formulirnya. Karena tinggal di rumah kost dan saya tidak memakai telepon tetap, maka jawaban yang saya terima dari bank adalah surat keterangan miskin (penolakan).
Kemudian… Pada suatu hari saya didatangi ke kantor oleh SPG yang cantik menawarkan kartu kredit dengan jaminan disetujui, hanya menyerahkan fotokopi KTP, struk gaji dan menandatangani formuli yang pengisiannya dipandu. Beberapa minggu berikutnya, kartu kredit VISA sudah di tangan. Beberapa tahun berikutnya dikirimi kartu kredit tambahan MasterCard Gold dan dikirimi lagi dari bank yang lain tanpa permohonan baru, apabila tidak digunakan dapat dikembalikan tanpa biaya.
Satu hal yang membuat terkejut dengan SMS dari ANZ adalah saya tidak pernah berhubungan dengan bank ANZ, tetapi tiba-tiba mendapat SMS persetujuan kartu kredit. Langkah berikutnya saya menghubungi Call center 500269 untuk mengetahui status permohonan kartu. Petugas yang menerima telepon menanyakan nama dan tanggal lahir dengan alasan untuk mencari informasi di bank ANZ. Setelah nama dan tanggal lahir dengan berat hati saya berikan, dijawabnya saya belum terdaftar sebagai pemegang kartu kredit Bank ANZ. SMS tersebut hanyalah penawaran dari bagian marketing, semacam persetujuan kartu kredit bohong-bohongan.
Kutipan pesan SMS Galau, saya cetak layar (screen capture) dari Samsung Galaxy Ace (Gingerbread 2.3.4) dengan cara tekan tombol power dan home bersama-sama lalu jret-tret…
Tampilannya sebagai berikut:
Hingga tulisan ini diposting SMS diskon, penawaran hotel, penerbangan, dan lain-lain dari Bank ANZ seperti minum obat saja, rutin, setiap hari beberapa kali sehari, tak peduli penerima terganggu atau tidak, siang atau malam. Sebagai konsumen jasa perusahaan-perusahaan di Indonesia diterima sajalah mengalami nasib ini, tanpa perlindungan konsumen yang memadai, mungkin sudah kodratnya menerima SMS sampah, kapan saja.
SMS-SMS yang lain dari Bank ANZ sangat menggoda, memancing agar menghubungi Call center. Saya tidak pernah memberikan alamat email, nomor telepon, maupun menguasakan ambil kartu kredit. Jika ditanggapi yang pasti akan kehilangan pulsa beberapa puluh ribu mendengarkan nada tunggu ketika menunggu dilayani oleh petugas. Dan jika lagi sial akan masuk jebakan otomatis persetujuan kartu kredit via telemarketing, dan bulan berikutnya tentu tagihan akan datang ke rumah. Contoh sebagian teror SMS ANZ dengan isi meresahkan berikut ini:
Kemudian seorang perempuan mengaku dari Bank ANZ menelepon saya dan menanyakan kenal dengan Bapak Buyung? “Siapa tuh, saya gak kenal”, jawabku. Horor!!!!
Berikut ini screenshot nomor penelepon.
Perkembangan Marketing 1.0 (one point ’o’) “Product-Centric Era“, Marketing 2.0 “Customer-Centric Era“, Marketing 3.0 “Human-Centric Era“, maka cara memasarkan dengan meneror melalui SMS dan telepon kepada orang yang belum dikenal ini mungkin telah memasuki Marketing 4.0 yaitu “Teror-Centric Era”. Korporasi besar punya segalanya dan dapat melakukan apa saja di negara ini, tanpa takut aturan hukum. Jika rakyat biasa meneror SMS semacam ini kepada orang berduit maka dapat digugat, dihukum sebagai perbuatan tidak menyenangkan, tapi tidak bagi korporasi besar. Contoh kasus tahun lalu, kasus pencurian pulsa dengan korban pelanggan berasal dari semua operator telepon seluler maka dianggap sebagai hal biasa. Kalau dilakukan rame-rame tidak apa-apa, dihentikan saja beres, tanpa mengganti kerugian kepada semua korban. Sedangkan contoh kasus kartu kredit, nasabah bank bisa hilang nyawanya akibat dari debt collector, dan bank punya cara untuk berkelit dari tanggung jawab.
Trik pemasaran serupa dengan SMS sampah saat ini makin marak yang menawarkan HP, BB, gadget sangat murah, diskon hingga 80% yang dijajakan di situs web penipuan. SMS “mama minta pulsa” berlanjut dengan “transfer ke rekening bank xxx” dan triks sejenis lainnya. Penerima SMS harus pasrah pada nasib atas SMS yang tidak bisa dicegah/dihentikan. Satu-satunya cara untuk melawan adalah dengan kekuatan Google agar mengindeks artikel ini dengan harapan mengurangi korban-korban SMS sampah berikutnya.
Topik ini sekedar catatan pribadi untuk berbagi apabila pembaca mengalami kisah yang sama menerima SMS dari Bank ANZ, dugaan saya hanyalah triks pemasaran kartu kredit, bukan korban penipuan. Semoga bukan penyalahgunaan identitas untuk digunakan mengajukan kartu kredit.