Fotografer Amatir dan Profesional

Saya kutip pernyataan Arbain Rambey untuk memotivasi peserta pada suatu workshop fotografi yang juga dibuat status akun Twitter @arbainrambey, “Fotografer profesional dan amatir bedanya cuma:  dibayar atau tak dibayar.  Tak ada konotasi keahlian pada kedua frase itu…” Sebagai pakar fotografi dia juga memberi motivasi pada peserta workshop agar senantiasa belajar, belajar, dan belajar untuk mencapai hasil terbaik. Tidak ada hasil fotografi yang salah, sebuah foto yang tidak fokus, kabur, ataupun terpotong. Untuk tujuan apa foto dibuat menentukan baik atau buruk suatu foto.

Saya sendiri belajar fotografi untuk persiapan mengisi kegiatan lima belas tahun nanti. Syukur kalau pada masa depan itu ada yang membayar alias fotografer profesional. Namun saat ini tujuan fotografi terbatas pada kebutuhan untuk hiburan dan hasilnya pun sangat jauh dari sempurna.

Pengalaman fotografi, memotret banyak objek dan pengetahuan tambahan tentang objek yang dipotret sangat penting. Pada suatu event workshop fotografi yang menjuarai foto, saya amati mereka yang telah berpengalaman. Contohnya pada juara pada kategori satwa, ketika peserta lain berlari kesana-kemari memotret satwa sebanyak-banyaknya dari kandang satu ke kandang lain, si calon juara hanya berdiam pada satu objek satwa. Waktu satu jam yang diberikan panitia digunakan untuk menunggui satu satwa saja. Ketika saya tanya, “Kok tidak pindah tempat Mas?” “Nunggui ekspresi reptil itu menjulurkan lidahnya”, jawabnya. “Kapan akan menjulurkan lidahnya?” tanyaku lagi. “Setiap 30-60 menit sekali”, jawabnya. Nah, untuk mendapatkan foto yang baik, moment yang tepat perlu usaha dan pengetahuan tentang objek.

Foto yang baik fotografernya mampu memainkan cahaya, warna, dan komposisi objek dari lubang jendela bidik kamera. Sebelum tombol kamera dipencet, konsep dan estimasi hasil sudah ada pada angan-angan fotografer. Kemampuan teknis kelengkapan menu-menu pada kamera mendukung hasil pemotretan.

Kamera DSLR entry level  menyediakan menu-menu yang dapat dikustomasi seperti pada kamera profesional, bedanya kamera entry level pilihan menu yang terbatas dan kualitas gambar, pixel yang lebih rendah. Kamera yang mahal atau kamera profesional tidak menjamin hasil foto lebih baik daripada kamera yang lebih murah, tetapi siapa yang mengoperasikan di balik kamera yang menentukan baik atau buruk hasil pemotretan. Memang jika punya uang lebih membeli kamera jenis profesional lebih baik karena mendukung kualitas gambar.  Fotografi merupakan gabungan ilmu dan seni. Imaginasi dari fotografer yang diwujudkan pada selembar kertas foto atau tampilan file foto digital pada layar hasil dari kamera.

Faktanya pada beberapa kejuaraan fotografi, para juara tidak selalu memakai kamera yang lebih mahal daripada para peserta yang tidak menjadi juara. Banyak orang yang mampu membeli kamera mahal, tetapi sedikit yang mampu menghasilkan foto yang baik.

Pada suatu workshop fotografi, saya belajar dari fotografer dari Eropa yang hasil karyanya dipublikasikan komersial di negaranya. Pada objek yang sama, dia mengambil sudut dan pencahayaan berbeda dari peserta lain. Dengan kamera semi profesional yang file foto disimpan dalam format RAW untuk diolah lagi, hasilnya baik sekali. Komposisi warna, penempatan objek, point of interest, dan pencahayaannya bagus. Hasil jepretan ratusan foto pada kameranya menurut saya tidak ada yang terbuang, sedangkan pada kamera saya lebih banyak layak dihapus setelah melihat hasil seusai sesi pemotretan. Pada posisi sulit penambahan cahaya ke arah model sebagai objek dilkakukan oleh fotografer profesional dengan gaya sebagai berikut:

 

Gaya Motret

Etika para fotografer. Konon para fotografer akan tersinggung jika dilihat hasil bidikan kameranya dengan kalimat, “Lihat dong, seperti apa sih hasil kameramu”. Tetapi akan senang dan memberi penjelasan jika, “Woow keren… pakai kamera apa sih motretnya”. Itu kalimat yang saya dengar dari para peserta pada waktu istirahat yang saling tukar kamera untuk melihat hasilnya. Salah satu peserta sewot dan mengatakan tidak beretika ketika ditanya, “Seperti apa sih hasil kameramu” oleh peserta yang lain.

1 komentar untuk “Fotografer Amatir dan Profesional”

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *