Tips Memotret Model Manusia

Sekarang makin banyak orang yang memiliki kamera. Penggunaan kamera pada umumnya untuk memotret manusia, misalkan memotret anggota keluarga dan memotret perjalanan wisata (traveling) atau dokumentasi peristiwa.

Di Yogyakarta, Sabtu 10 Maret 2012 Arbain Rambey pakar fotografi Kompas mengisi materi workshop dengan tema memotret model manusia. Beberapa hal yang disampaikan Arbain sangat penting, hal baru bagiku sebagai pemula dalam bidang fotografi. Tips dari Arbain yang paling berkesan adalah, “Memotret makhluk hidup bermata, maka fokus harus di mata. Wajib!”.

Foto Arbain Rambey di Workshop Fotografi Kompas Yogyakarta

Beberapa hal yang dapat saya pahami dari workshop dan penting untuk dilakukan dalam memotret manusia di antaranya:

  1. Ekspresi

Citpakan ekspresi yang menyenangkan pada objek manusia yang dipotret. Potret/foto yang baik adalah menyenangkan bagi yang dipotret (diri sendiri) dan yang melihat potret. Tidak ada orang yang fotogenik (memiliki wajah dan sikap tubuh yg menghasilkan potret yg menyenangkan), kabar baik bagi orang yang wajahnya kurang menawan. Setiap orang punya kelebihan dan kelemahan. Tugas fotografer adalah mengurangi, mengeliminasi kelemahan pada objek sehingga yang tampil adalah bagian-bagian yang menarik. Fotografer pintar jika mampu mengeliminasi kelemahan yang dimiliki manusia yang dipotret. Perlu kesabaran dalam mengambil momen yang baik. Beda 30 detik dapat menghasilak foto yang jauh berbeda.

Pada saat memotret seorang tokoh akan lebih sulit mencari ekspresi yang menarik karena cenderung kaku, mati gaya di depan kamera dibanding memotret model yang sudah terlatih dan terbiasa dipotret. Tugas fotografer adalah mencairkan suasana sehingga secara tidak sadar didapatkan ekspresi natural dan menarik lalu diambil momen tersebut. Contohnya memotret seorang tokoh yang sulit untuk tersenyum, raut wajah selalu serius. Dalam kasus ini perlu memancing suasana lucu agar tersenyum, dan ketika tersenyum dipotret. Misalkan disuruh berjalan dengan satu kaki dan ketika akan jatuh kemungkinan akan diperoleh senyum natural.

  1. Gestur atau Sikap Tubuh

Sikap tubuh, pose manusia yang dipotret harus menarik. Jika ada bagian tubuh yang kurang proporsional dianggap sebagai kelemahan, kurang disukai oleh orang yang melihat foto, maka perlu dieliminasi mengambil dari sudut yang dapat menutupi kelemahan. Memotret wajah saja (close up) paling mudah, memotret setengah badan agak sulit, dan memotret seluruh badan paling sulit karena mengarahkan sikap tubuh dan harus mengeliminasi semakin banyak objek yang tidak diperlukan.

Wajah dapat dipotong (cropping) sedikit di atas alis dan sedikit di bawah bibir, potret masih dapat dikenali karena tidak mengubah postur wajah. Pemotongan sebaiknya dilakukan jika objek-objek yang masuk pada jendela bidik kamera tidak dapat dieliminasi dan mengganggu objek utama foto.

  1. Harmoni dengan Latar Belakang

Latar belakang (background) dapat menjadikan foto semakin indah atau justru merusak. Penyesuaian dengan latar belakang menjadi pertimbangan dalam fotografi. Kapan menampilkan latar belakang fokus tajam dan kapan harus dikaburkan. Pada foto dokumentasi perjalanan wisata, cenderung lebih disukai lokasi pemotretan sehingga latar belakang tajam pada seluruh bagian foto.

Jika latar belakang dianggap mengganggu, istilah yang umum kebocoran objek. maka dapat dikaburkan, jika tidak dapat dikaburkan dapat diambil lebih besar (close up) untuk menghilangkan bagian yang tidak diinginkan.

  1. Pencahayaan

Pencahayaan adalah bagian yang sangat penting dari fotografi. Kunci fotografi pandai bermain cahaya, pengendalian cahaya kuat lemah. Bayangan pada foto untuk dikendalikan, foto tanpa bayangan terasa mati. Pengambilan dari arah yang tepat akan menjadikan foto menarik. Sumber pencahayaan terburuk adalah blitz/flash bawaan kamera yang arahnya tegak lurus dari kamera terhadap objek.

Embed Flickr Image: Click Picture to Enlarge

Wild and Nature Bird

Photo Credit: Isnan Wijarno

Embed Flickr Image: Click Picture to Enlarge

Wild and Natuer_Camel

Photo Credit: Isnan Wijarno

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *